Rabu, 06 Januari 2010

KEBERADAAN SIKSA KUBUR & JAWABAN TERHADAP ORANG YANG MENOLAK


Keberadaan siksa kubur merupakan sesuatu yang pasti akan kita alami jika kita meninggal dunia. Akan tetapi bagaimana persisnya siksa kubur itu merupakan sesuatu yang ghaib. Oleh karena itu, tidak jarang di antara kita banyak yang mempertanyakan, bahkan menolak keberadaan siksa kubur ini dengan mengatakan bahwa setelah manusia meninggal dunia berarti habislah segala riwayat hidupnya dan tidak ada lagi fase berikut setelah kehidupan dunia.

Kalau pun ada orang yang mengakui adanya hari kiamat atau alam akhirat, namun mereka tidak mengakui adanya siksa kubur. Mereka berkata, “Kami pernah membongkar kuburan, tetapi kami tidak mendapati siapa dan apapun baik malaikat yang memukul dan menyiksa atau alat pemukul dari besi. Di sana kami juga tidak mendapatkan ular, kalajengking, dan api yang menjilat, dan kami mendapati mayat seperti keadaan semua.”
Ada yang berkata bahwa kubur disempitkan atau luas liang lahat berkurang dan bertambah. Apakah liang lahat cukup untuk mayat dan para malaikat yang akan menakuti atau menyenangkan?
Sementara kalangan lain berkata, “Kami melihat orang yang disalib hingga sekian lama, tidak pernah ditanya, tidak menjawab, tidak bergerak, dan tidak ada bekas di badannya bahwa dibakar api. Begitu juga orang yang dimakan binatang buas atau ikan paus atau terbakar dan lainnya hingga tubuhnya tercerai-berai hingga tidak berbentuk, bagaimana mungkin bias ditanya dan bagaimana malaikat akan bertanya kepadanya?”
Dari sini Ibnu Qoyyim al-Jauziah dalam kitabnya Ar-Ruh memberikan komentar dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan di atas.
Pertama, harus diketahui bahwa para rasul Allah swt. Tidak pernah mengabarkan sesuatu yang dianggap mustahil menurut akal. Pada dasarnya persoalan pengabaran yang dikatagorikan mustahil menurut akal itu memiliki dua hal, yakni boleh jadi pengabaran itu sebagai hal dusta atau akal itu sendiri yang tidak beres yang lebih cenderung pada khayalan yang dianggap rasional.
Firman Allah swt., “Hai manusia, sesunguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS. Yunus: 57-58)
Kedua, harus dipahami bahwa apa yang dimaksud Rasulullah saw. tidak mengurangi dan tidak pula melebihi, tidak membebani dan tidak pula menafsirkan sabda beliau, tidak membatasi tujuannya sebagai petunjuk dan keterangan. Mengabaikan semua hal ini merupakan bentuk kesesatan yang ada dan merupakn sumber kesalahan dalam memahami makna ushul dan furu’.
Tidak ada hal yang menyebabkan perpecahan dan pengabaian di antara golongan kecuali pemahaman yang buruk tentang apa yang datang dari Allah swt. dan Rasul-Nya. Orang yang memahami apa yang datang dari Allah swt. dan Rasul-Nya itu tidak mengambil maksud hanya dari satu tempat.
Ketiga, Allah swt. telah menyebutkan bahwa tempat tinggal yang akan digunakan ada tiga macam, yaitu tempat di dunia, alam barzakh dan tempat yang kekal (akhirat). Allah telah menyusun manusia yang terdiri dari badan dan jiwa (roh) dan Allah jadikan hukum dunia berlaku untuk badan dan roh yang menyertainya. Sedangkan hukum-hukum barzakh didasarkan kepada roh, dan juga ada pendapat mengatakan bersama badan yang menyertainya.
Allah telah memperlihatkan contoh di dunia kepada kita berkaitan dengan rahmat, kasih sayang, dan petunjuk-Nya, yaitu keadaan orang tidur. Apa yang membuat ia merasakan kenikmatan atau siksa selagi tidur itu hanya rohnya saja, sementara badan hanya mengikutinya. Apa yang dirasakan dalam tidur ada yang menimbulkan pengaruh amat bersar terhadap badan dan terlihat nyata.
Misal, seorang bermimpi dipukul, ketika bangun ia mendapati bekas pukulan di badan, begitu juga seorang yang sedang menggigau waktu tidur dengan melakukan tindakan padahal ia tidak merasakan apa yang dilakukan. Yang lebih menakjubkan, ada beberapa orang yang tidur di satu dipan, yang satu rohnya merasakan nikmat sementara lainnya merasakan siksaan dan tampak di badannya, padahal mereka saling memberitahukan.
Bila kita mencermati berbagai hal yang terjadi di sekeliling kita dengan cermat, maka tentu dapat memahami apa yang disampaikan Rasulullah saw. tentang siksa kubur dan kenikmatannya, kesempitan dan keluasannya.
Keempat, Allah menjadikan urusan akhirat dan hal yang berhubungan dengan merupakan hal ghaib yang tidak diketahui manusia selama di dunia. Ini untuk membedakan orang yang beriman dan tidak dan merupakan kesempurnaan hikmah-Nya. Firman Allah, “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan (kesudahan yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83).
Kalau pun jasad orang mati sudah diletakkan di liang kubur, lalu ditimbun dengan tanah, ini tidak menghalangi para malaikat untuk menemuinya. Bahkan sekalipun jasadnya diletakkan di lubang batu dan ditutup dengan penutup yang rapat dan kuat maka malaikat tetap bisa menemukannya. Firman Allah, “Di mana saja kamu berada, niscaya kematian itu akan menemui kamu sekalipun kamu berada dalam benteng yang tinggi, kuat dan kokoh.” (QS. An-Nisaa’: 78)
Kelima, peristiwa dan benda seperti api dan benda lain yang ada di kubur tidak sama dengan peristiwa dan benda di dunia. Sebab peristiwa dan benda itu adalah produk alam akhirat, termasuk api yang lebih panas berapa kali lipat dari pada api dunia.
Kekuasaan Allah swt. lebih luas dan lebih menakjubkan dari semua itu. Allah telah memperlihatkan kepada kita tanda-tanda kekuasaan-Nya di dunia ini, namun jiwa manusia lebih cenderung untuk mendustakan semua itu. Jika Allah swt. menghendaki sesuatu, maka Dia bisa membuat hamba-Nya yang satu dapat melihat suatu hal yang bagi orang lain tidak bisa melihatnya.


0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com